Jumat, 30 November 2012

Cinta Tanpa Pacaran

0komentar
ketemu lagi bareng saya, di bahasan yang mirip-mirip sama tulisan saya sebelumnya , yaitu ‘pacaran’. Haha… bikin ngakak nih, pacaran, pacaran, dan pacaran. Waduuuh, ada hubungan apa ya saya dengan ‘pacaran’? *mikir sambil tepok jidat.
Eh, Tapi nggak usah bingung, ragu, takut, en khawatir ya, Sob. Hubungan saya dengan istilah ‘pacaran’, doi emang musuh bebuyutan kok. Jadi wajar, kalo saya ama istilah pacaran emang sering dipertemukan editor, dalam buletin gaulislam yang kita cintai ini. Tujuannya tentu ada. Yup, agar para remaja benar-benar ngeh kalo pacaran itu emang bukan budayanya remaja muslim. Pacaran itu nggak nyeni banget dilakuin remaja muslim, dan sekali haram, pacaran tetaplah haram, titik teu dikomaan (baca: titik yang nggak pake koma lagi).
Wah ngotot banget nih, gaulislam bahas tentang pacaran terus. Sstt… habisnya, suka sad-sad gitu kalo lihat remaja yang pacaran, tapi sebenarnya mereka tahu hukumnya haram, padahal nih para aktivis rohis udah panas tenggorokan, pada serak ngasih tahu nggak bosan-bosannya. Selebaran pun bertebaran, mading sampe jamuran. Semua berisi dengan tulisan “Say No To Pacaran”. Begitupun di masyarakat, banyak majelis taklim remaja yang teriak-teriak bahwa pacaran itu haram. Oya, bukan cuma itu, kekeliruan remaja memahami konsep cinta pun sering jadi alasan. Padahal nih ayat udah ngolotok banget alias udah hapal di luar kepala kayaknya: “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk.”(QS al-Israa’ [17]: 32)
Semua hal yang mendekati zina tentu itu harus kita jauhi. Nggak pakai alasan-alasan lagi.

Ta’aruf, atau pacaran terselubung?
Ada nggapan ngawur bahwa kalo remaja nggak pacaran siap-siap dibilang katro, norak, nggak laku dsb. Jadi seolah pacaran bagi remaja adalah sebuah hal yang perlu. Anak SD pun udah banyak yang pacaran. Hancur deh generasi di hadapan mata, semua sibuk dengan urusan naluri cinta namun diekspresikan melalui jalan yang menyimpang, atau tepatnya melalui aktivitas yang namanya pacaran.
Bro en Sis, padahal kan justru yang ngelakuin pacaran itu bisa dibilang katro, karena pacaran itu kan bukan budaya dari Islam. Islam melarang aktivitas pacaran, tapi untuk memenuhi naluri melestarikan keturunan, rasa cinta itu diberi ruang untuk mengekspresikannya melalui  pintu pernikahan. Bener Bro en Sis: pacaran itu hubungan terlarang, sementara nikah itu ikatan yang halal.
Nah, ini adalah masalah lagi nih. Bener. Kekeliruan pun kian banyak terjadi. Saat banyak yang ‘sadar’ pacaran itu haram, tetep aja setan belum puas ganggu manusia. Maka akibatnya, setan ngasih jebakan baru, sehingga orang mencari jalan lain yang dianggap aman dan halal—menurut hawa nafsunya.
Apa buktinya? Yup, jadinya ngakalin. Dalam Islam kan dikenal istilah ta’aruf, istilah inipun akhirnya diselewengkan oleh aktivis pacaran sebagai suatu hal yang mirip dengan pacaran. Padahal, keliru banget. Ta’aruf yang mereka lakuin adalah ta’aruf yang terkontaminasi dengan hawa nafsu yang dikemas dalam hubungan gelap bernama pacaran. Modus yang mengecewakan, Bro en Sis. Padahal ta’aruf itu adalah suatu tahap yang ada dalam proses khitbah (baca: meminang—yang sudah serius ke arah pernikahan). Jadi khitbah dulu baru ada tahap ta’aruf di situ—tentu saja dengan syarat-syarat yang ketat, seperti nggak boleh berduaan meskipun udah khitbah. Kalo sudah khitbah berarti sudah siap menikah, karena khitbah itu berupa pinangan seorang lelaki kepada wanita melalui permohonan resmi kepada orang tua si wanita dengan tujuan untuk menikahinya. Nah, kalo belum siap buat nikah? Ya, itu berarti bukan ta’aruf itu mah, tapi pacaran terselubung pake kedok ta’aruf. Parah!
Jadi, plis deh kawan. Kamu yang masih ngotot bahwa dirimu sedang ta’aruf tapi nyatanya terselubung jadi pacaran, segera nyadar sebelum ajal datang. Sterilkan dari hal-hal yang akan menjerumuskan pelaku ta’aruf ke hal-hal yang hina dari mendekati zina atau malah zina yang sesungguhnya.

Remaja dan cinta
Remaja, adalah masa yang katanya “serba transisi”. Peralihan dari anak-anak jadi dewasa dengan pemikiran yang mulai berjalan secara bercabang-cabang dengan tujuan yang katanya untuk mencari jati diri. Waduh, nih lebay nulisnya ya, belibet pula kayak gini. Yup, intinya masa remaja itu juga ditandai dengan memperhatikan penampilan agar terlihat sempurna. Nggak ketinggalan, rasa-rasa sumringah berwarna pink atau yang kita kenal virus merah jambu ini pun tak dipungkiri mulai menempati posisi tersendiri dalam rona kehidupan remaja. Bener kan? Kamu ngerasain juga? Hehehe. Sama.
Perasaan cinta yang menghampiri itu emang naluri, namun tidak berarti kita bebas memuaskan naluri melestarikan keturunan itu diwujudkan dengan pacaran atau dengan hal-hal yang kita inginkan menurut hawa nafsu kita yang masuk kategori mendekati zina atau malah berzina. Naudzubillah min dzalik.
Nah, dalam Islam tentu kita (seharusnya) tahu banyak tentang syariat Islam yang bisa cegah manusia dari zina. Jadi, ‘rasa cinta’ adalah fitrah, namun pemuasannya adalah pilihan. Maka, tentukanlah sekarang Bro en Sis, mau ikut aturan siapa? Nurut sama aturan Allah Ta’ala atau ikutan aturan selain Islam dengan ngelakuin pacaran? Tapi tentu ada konsekuensinya dari setiap pilihan. Milih pahala atau dosa?
Sobat muda muslim, kalo boleh ngasih tips nih ya, tentu sebagai mahluk Allah Ta’ala kita tentu yakin akan adanya hari perhitungan (yaumil hisab). Daripada di akhirat sengsara karena nyoba pacaran, ya mending ikut aturan Allah yang tentu menyelamatkan. Ikut aturan Allah Swt adalah tanda kita beriman seratus persen padaNya, juga bukti cinta kita padaNya.
Bro en Sis, pembaca setia gaulislam, aturan Allah Ta’ala sudah pasti ada hikmah dan manfaatnya. Jadi, jangan ngerasa rugi ketika kita memutuskan taat pada Allah, karena bagaimanapun kita ini manusia, kawan. Kita tidak tahu apa yang terbaik buat kita, maka jadikanlah Allah yang Mahatahu segalanya sebagai rujukan aktivitas yang kita lakukan.

Cinta Islam sampai mati
Rasa cinta memang naluri, Islam sangat tegas dan jelas menentukan aturan terhadap rasa cinta yang dimiliki manusia. Sssttt.. bukan berarti Islam mengekang manusia lho, justru ini tanda Islam peduli umatnya. Tanda Allah Ta’ala cinta hambaNya. Agar manusia nggak jatuh terjerumus pada hal-hal yang menghinakan dan juga menyengsarakan manusia.
Oya, dilarang ngelakuin pacaran itu, bukan berarti kita terlarang punya cinta. Kita bisa tetep punya cinta kok. Kita bisa salurkan rasa cinta ini pada suatu hal yang benar dan baik. Tentu saja cinta yang diekspresikan sesuai tuntunan Allah Swt dan RasulNya.
Eh, ngomong-ngomong tentang subjudulnya yang ‘cinta Islam”, apa sih maksudnya? Hmm.. ini nih ada ayat dalam al-Quran yang patut kita perhatikan dan renungkan, “Katakanlah ,’Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih amu cintai dari pada Allah dan RasulNya dan (dari) Jihad di JalanNya , maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusanNya.” Dan Allah tida memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.(QS at-Taubah [9]: 24)
Bro en Sis rahimakumullah, masa remaja yang katanya enerjik dan penuh semangat, sebenarnya bisa diarahkan jadi pengemban obor perjuangan. Namun, amat disayangkan bagi remaja yang enggan berjuang untuk Islam. Ayolah, jangan sibuk ngejar cinta birahi terhadap lawan jenis yang buat kita terhina—karena cara ekspresinya nggak halal. Seharusnya kita bisa sibuk memperjuangkan Islam, sibuk mencari ilmu Islam, itulah bukti bahwa kita punya cinta, cinta pada Islam!
BTW, kalo kamu nggak pacaran pun, tenang aja soal jodoh. Jangan takut nggak dapet jodoh atau khawatir jodoh yang kita dapat bukan jodoh yang terbaik. Sebab, Allah Ta’ ala sudah tentuin jodoh kita masing-masing. Termasuk seperti apa jodoh kita kelak. Baik atau buruknya, tergantung pribadi kita juga lho. Firman Allah Swt., “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula).” (QS an-Nuur [24]: 26)
So, berdoalah pada Allah agar kita diberikan jodoh terbaik. Tentunya kita pun aktif perbaiki sikap kita agar jadi pribadi yang senantiasa bertakwa pada Allah Swt. Tetap konsisten dalam Islam, dan tentu saja tetap taat pada Allah. Salah satunya nih, dengan menahan gejolak cinta yang telah Allah berikan. Tahan dan kendalikan sampai waktunya tiba, yakni saat kita halal dengan seorang yang telah ditentukan Allah sebagai jodoh kita melalui pernikahan. Itulah bukti kita masih punya cinta.
Oke deh, keep smile, hamasah buat kamu semua, pembaca setia gaulislam. Oya, jika cinta Allah sudah didapat, maka insya Allah surga pun bisa kita raih. Itulah janji Allah. FirmanNya, “Dan barang siapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugrahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shidiqien, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman sebaik-baiknya.” (QS an-Nisa[4]: 69)
Yuk, pastikan kamu tetap memiliki cinta meski tidak kamu wujudkan dalam pacaran. Stop pacaran! Taat dan takutlah hanya pada Allah Ta’ala. Insya Allah, semua akan indah pada waktunya, yakni nanti dalam pernikahan. Sekarang? Fokuslah belajar,

Minggu, 11 November 2012

Remaja Muslim, Valentine's Day, dan Perlawanan Budaya

0komentar
Setiap tanggal 14 Februari ada hiruk-pikuk remaja dunia. Mereka punya hajat besar dengan merayakan sebuah hari yang dikenal dengan Valentine's Day (hari Valentine). Hiruk-pikuk itu kini membudaya. Tak peduli itu di kalangan Kristen Barat, Hindu India, ataupun Muslim Indonesia.
Ada pertanyaan yang patut kita kemukakan. Apa sebenarnya Valentine's Day itu? Apakah esensinya? Dan, bolehkan remaja Muslim ikut berkecimpung merayakannya? Apakah perayaan itu bagian dari kultur dan peradaban Islam sehingga kita harus ikut menyemarakkannya?
Background Historis Valentine's Day
Ada berbagai versi tentang asal muasal Valentin's Day ini. Beberapa ahli mengatakan bahwa ia berasal dari seorang yang bernama Saint (Santo) Valentine, seorang yang dianggap suci oleh kalangan Kristen, yang menjadi martir karena menolak untuk meninggalkan agama Kristiani. Dia meninggal pada tanggal 14 Februari 269 M., pada hari yang sama saat dia mengungkapkan ucapan cinta. Dalam legenda yang lain disebutkan bahwa Saint Valentine meninggalkan satu catatan selamat tinggal kepada seorang gadis anak sipir penjara yang menjadi temannya. Dalam catatan itu dia menuliskan tanda tangan yang berbunyi From Your Valentine. Ada pula yang menyebutkan bahwa bunyi pesan akhir itu adalah Love From Your Valentine.
Cerita lain menyebutkan bahwa Valentine mengabdikan dirinya sebagai pendeta pada masa pemerintahan Kaisar Claudius. Claudius kemudian memenjarakannya karena dia menentang Kaisar. Penentangan ini bermula pada saat Kaisar berambisi untuk membentuk tentara dalam jumlah yang besar. Dia berharap kaum lelaki untuk secara suka rela bergabung menjadi tentara. Namun, banyak yang tidak mau untuk terjun ke medan perang. Mereka tidak mau meninggalkan sanak familinya. Peristiwa ini membuat kaisar naik pitam. Lalu apa yang terjadi? Dia kemudian menggagas ide "gila". Dia berpikiran bahwa jika laki-laki tidak kawin, mereka akan bergabung menjadi tentara. Makanya, dia memutuskan untuk tidak mengizinkan laki-laki kawin.
Kalangan remaja menganggap bahwa ini adalah hukum biadab. Valentine juga tidak mendukung ide gila ini. Sebagai seorang pendeta, dia bertugas menikahkan lelaki dan perempuan. Bahkan, setelah pemberlakuan hukum oleh kaisar, dia tetap melakukan tugasnya ini dengan cara rahasia dan ini sungguh sangat mengasyikkan. Bayangkan, dalam sebuah kamar hanya ada sinar lilin dan ada pengantin putra dan putri serta Valentine sendiri. Peristiwa perkawinan diam-diam inilah yang menyeret dirinya ke dalam penjara dan akhirnya dijatuhi hukuman mati.
Walaupun demikian, dia selalu bersikap ceria sehingga membuat beberapa orang datang menemuinya di dalam penjara. Mereka menaburkan bunga dan catatan-catatan kecil di jendela penjara. Mereka ingin dia tahu bahwa mereka juga percaya tentang cinta dirinya. Salah satu pengunjung tersebut adalah seorang gadis anak sipir penjara. Dia mengobrol dengannya berjam-jam. Di saat menjelang kematiannya dia menuliskan catatan kecil: Love from your Valentine. Dan pada tahun 496 Paus Gelasius menyeting 14 Februari sebagai tanggal penghormatan untuk Saint Valentine. Akhirnya secara gradual 14 Februari menjadi tanggal saling menukar pesan kasih, dan Saint Valentine menjadi patron dari para penabur kasih. Tanggal ini ditandai dengan saling mengirim puisi dan hadiah, seperti bunga dan gula-gula. Bahkan, sering pula ditandai dengan adanya kumpul-kumpul atau pesta dansa.
Dari paparan di atas kita tahu bahwa kisah cinta Valentine ini merupakan kisah cinta milik kalangan Kristen dan sama sekali tidak memiliki benang merah budaya dan peradaban dengan Islam. Namun, mengapa remaja-remaja Muslim ikut larut dan merayakannya? Ada beberapa jawaban yang bisa kita berikan terhadap pertanyaan tersebut. Pertama, kalangan remaja Muslim tidak tahu latar belakang sejarah Valentine's Day, sehingga mereka tidak merasa risih untuk mengikutinya. Dengan kata lain, remaja Muslim banyak yang memiliki kesadaran sejarah yang rendah. Kedua, adanya anggapan bahwa Valentine's Day sama sekali tidak memiliki muatan agama dan hanya bersifat budaya global yang mau tidak mau harus diserap oleh siapa saja. Ketiga, keroposnya benteng pertahanan relijius remaja Muslim sehingga tidak mampu lagi menyaring budaya dan peradaban yang seharusnya mereka "lawan" dengan keras. Keempat, adanya perasaan loss of identity kalangan remaja Muslim sehingga mereka mencari identitas lain sebagai pemuas keinginan mendapat identitas global. Kelima, hanya mengikuti tren yang sedang berkembang agar tidak disebut ketinggalan zaman. Keenam, adanya pergaulan bebas yang kian tak terbendung dan terjadinya de-sakralisasi seks yang semakin ganas. Mungkin masih ada deretan jawaban lain yang bisa diberikan terhadapa pertanyaan di atas.
Islam, Valentine's Day, dan Cinta
Bisa kita lihat pada bahasan di atas bahwa Valentine's Day merupakan peringatan "cinta kasih" yang diformalkan untuk mengenang sebuah peristiwa kematian seorang pendeta yang mati dalam sebuah penjara. Yang kemudian diabadikan oleh gereja lewat tangan Paus Gelasius. Maka, merupakan sebuah kurang cerdas jika kaum Muslim dan secara khusus kalangan remajanya ikut melestarikan budaya yang sama sekali tidak memiliki ikatan historis, emosioal, dan religius dengan mereka. Keikutsertaan remaja Muslim dalam "hura-hura" ini merupakan refleksi sebuah kekalahan dalam sebuah pertarungan mempertahankan identitas dirinya. Mungkin ada sebagian remaja yang akan bertanya: Kenapa memperingati sebuah tragedi cinta itu tidak boleh dilakukan? Apakah Islam melarang cinta kasih? Bukankah Islam menganjurkan pemeluknya kasih kepada sesama?
Tak ada yang menyangkal bahwa Islam tidak melarang cinta kasih. Islam sendiri adalah agama kasih dan menjunjung cinta kepada sesama. Dalam Islam cinta demikian dihargai dan menempati posisi sangat terhormat, kudus, dan sakral. Islam sama sekali tidak phobi terhadap cinta. Islam mengakui fenomena cinta yang tersembunyi dalam jiwa manusia. Namun demikian, Islam tidak menjadikan cinta sebagai komoditas yang rendah dan murahan. Cinta yang merupakan perasaan jiwa dan gejolak hati yang mendorong seseorang untuk mencintai kekasihanya dengan penuh gairah, lembut, dan kasih sayang dalam Islam dibagi menjadi tiga tingkatan yang kita tangkap dari ayat Al-Quran. "Katakanlah: Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, kerabat-kerabatmu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerusakannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu senangi lebih kau cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta jihad di jalan-Nya, maka tunggulah hingga Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang fasik." (At-Taubah: 24).
Dalam ayat ini menjadi jelas kepada kita semua bahwa cinta yang utama adalah cinta kepada Allah, Rasul-Nya, dan jihad di jalan-Nya. Inilah yang disebut dengan cinta hakiki. Cinta hakiki akan melahirkan pelita. Cinta hakiki yang dilahrikan iman akan senantiasa memberikan kenikmatan-kenikmatan nurani. Cinta hakiki akan melahirkan jiwa rela berkorban dan mampu menundukkan hawa nafsu dan syahwat birahi. Cinta akan menjadi berbinar tatkala orang yang memilikinya mampu menaklukkan segala gejolak dunia. Cinta Ilahi akan menuntun manusia untuk hidup berarti.
Islam memandang cinta kasih itu sebagai rahmat. Maka, seorang mukmin tidak dianggap beriman sebelum dia berhasil mencintai saudaranya laksana dia mencinta dirinya sendiri (HR Muslim). "Perumpamaan kasih sayang dan kelembutan seorang mukmin adalah laksana kesatuan tubuh; jika salah satu anggota tubuh terasa sakit, maka akan merasakan pula tubuh yang lainnya: tidak bisa tidur dan demam." (Bukhari dan Muslim). Seorang Mukmin memiliki ikatan keimanan sehingga mereka menjadi laksana saudara (Al-Hujarat: 13), dan cinta yang meluap sering kali menjadikan seorang Mukmin lebih mendahulukan saudaranya daripada dirinya sendiri, sekalipun mereka berada dalam kesusahan (Al-Hasyr: 9).
Di mata Islam mencintai dan dicintai itu adalah "risalah" suci yang harus ditumbuhsuburkan dalam dada setiap pemeluknya. Makanya Islam menghalalkan perkawinan. Islam tidak menganut "selibasi" yang mengebiri fitrah manusia, seperti yang terjadi dalam ajaran Kristen dan Hindu serta Budha yang menganut sistem sosial yang dikenal dengan kependetaan. Sebab, memang tidak ada rahbaniyah dalam Islam.
Valentine's Day yang merupakan ungkapan kasih yang bukan bagian dari agama kita, juga saat ini dirayakan dengan menonjolkan aksi-aksi permisif, dengan lampu remang, dan lilin-lilin temaram. Meniru perilaku agama lain dan sekaligus melegalkan pergaulan bebas inilah yang tidak dibenarkan dalam pandangan Islam.
Islam dan Perlawanan Budaya
Sebagai agama pamungkas, Islam dengan tegas memosisikan diri sebagai agama yang diridhai oleh Allah, dan siapa saja yang ingin mencari agama selain Islam maka agamanya tidak akan diterima (lihat Ali Imran ayat 19 dan 185). Dan, sebagai agama terakhir Islam telah melakukan beberapa pembenaran dari berbagai penyelewengan yang terjadi dalam agama Kristen dan agama Yahudi. Islam mengharuskan pemeluknya untuk membentengi diri dari semua budaya yang datang dari kalangan Yahudi dan Kristen. Kaum Muslimin harus memiliki budaya dan identitasnya sendiri yang bersumber pada norma dan ajaran agamanya.
Setelah kita mengetahui bahwa Valentine's Day sama sekali tidak memiliki kaitan sejarah dengan Islam, maka menjadi tugas semua remaja Islam untuk menghindari dan tidak ikut serta dalam sebuah budaya yang tidak bersumber dari ajarannya. Valentine's Day bukanlah simbol dan identitas remaja Muslim karena ia merupakan hari raya kalangan remaja Kristen. Dan kita persilahkan saudara-saudara kita dari remaja kalangan Kristen untuk merayakannya sesuai dengan keyakinan mereka.
Ada satu hadits yang sangat terkenal yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda (yang artinya), "Barang siapa yang menyerupai sebuah kaum, maka dia menjadi bagian dari mereka." (HR Abu Daud). Hadits ini mengisyaratkan bahwa meniru-niru budaya-reliji orang lain yang tidak sesuai dengan tradisi Islam memiliki risiko yang demikian tinggi. Orang tersebut akan dianggap sebagai bagian dari orang yang ditiru. Sebagaimana juga firman Allah, "Barang siapa di antara kamu menjadikan mereka sebagai pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonga mereka." (Al-Maidah : 51). Sabda Rasulullah, "Kau akan bersama-sama dengan orang yang kau cintai." (Bukhari dan Muslim).
Banyak contoh yang bisa kita kemukakan dari kontra-kultural yang dilakukan Rasulullah saw. untuk mengokohkan identitas umatnya. Saat datang ke Madinah Rasulullah saw. melihat masyarakat bersuka ria dalam dua hari. Kemudian Rasulullah saw. bertanya, "Hari apa dua hari itu?" Para sahabat menjawab, "Dua hari tadi adalah hari ketika kami bermain-main dan bersuka cita pada masa jahiliyah!" Maka, bersabdalah Rasulullah saw., "Sesungguhnya Allah telah mengganti dua hari itu dengan dua hari yang lebih baik bagi kalian: Idul Adha dan Idul Fithri." (HR Abu Daud).
Rasulullah saw. misalnya melarang umatnya makan dengan tangan kiri karena cara itu adalah cara makan syaitan. Larangan Rasulullah terhadap peringatan 2 hari ketika orang-orang Madinah biasa bermain pada zaman jahiliyah merupakan perlawanan budaya terhadap budaya jahilyah dan digantikan dengan budaya-reliji baru. Sedangkan pelarangannya agar tidak makan dengan tangan kiri juga merupakan perang etika Islam dengan etika syaitan.
Allah tidak menghendaki kaum Muslimin menjadi "buntut" budaya lain yang berbenturan nilai-nilainya dengan Islam. Peringatan Allah pada ayat di atas membersitkan pencerahan pada kita semua bahwa Islam dengan ajarannya yang universal harus dijajakan dengan rajin kepada dunia. Mengenal Islam dengan cara yang benar dan agar Islam menjadi "imam" peradaban dunia kembali. Sebab, kehancuran peradaban Islam telah menimbulkan kerugian demikian besar pada tatanan normal manusia yang terkikis secara moral dan ambruk secara etika. Kemunduran peradaban Islam telah menjebak dunia pada arus kegelapan akhlak dan moralitas. Kehancuran peradaban Islam ini oleh Hasan Ali an-Nadawi dianggap sebagai malapetaka terbesar dalam perjalanan peradaban manusia. Dia berkata, "Kalaulah dunia ini mengetahui akan hakikat malapetaka ini, berapa besar kerugian dunia dan kehilangannya dengan kejadian ini, pastilah dunia hingga saat ini akan menjadikan kemunduran kaum Muslimin sebagai hari berkabung yang penuh sesal, tangis, dan ratapan. Setiap bangsa di dunia ini akan mengirimkan tanda berduka cita.
Apa yang menimpa remaja Muslim saat ini tak lebih dari dampak keruntuhan peradaban Islam yang sejak lama berlangsung. Remaja Muslim masa kini yang "buta" terhadap peradabannya sendiri disebabkan karena adanya serangan budaya yang gencar menusuk jantung pertahanan budaya kaum Muslimin. Kemampuan mereka untuk bertahan dengan ideal-ideal Islam yang rapuh menjadikan mereka terseret arus besar peradaban dunia yang serba permisif, hedonis, dan materialistik. Lumpuhnya pertahanan mereka terhadap gencarnya serangan budaya lain yang terus menggelombung menjadikan mereka harus takluk dan menjadi "budak" budaya lain. Maka, sudah saatnya bagi remaja Muslim untuk memacu diri melakukan gerilya besar dengan mengusung nilai-nilai Islam. Sehingga dia mampu mengendalikan diri untuk tidak terpancing, apalagi larut dengan budaya-reliji lain. Generasi muda Muslim hendaknya mampu membangun benteng-benteng diri yang sulit ditembus oleh gempuran-gempuran perang pemikiran yang setiap kali akan mengoyak-oyak benteng pertahanan imannya.
Perlawanan budaya ini akan bisa dilakukan jika remaja Muslim mampu mendekatkan dirinya dengan poros ajaran Islam dan mampu melakukan internalisasi diktum-diktum itu ke dalam kalbu, dan sekaligus terkejawantahkan ke dalam aksi. Remaja Muslim yang mampu menjadikan keimanannya "hidup" akan mampu bergumul dan bahkan memenangkan pertarungan yang sangat berat di hadapannya. Remaja Muslim yang dengan setia menjadikan Al-Qur'an dan hadits sebagai panduan hidupnya akan mampu menjadi seorang Muslim tahan banting dan imun terhadap virus budaya global yang mengancam identitasnya. Seorang remaja Muslim yang menjadi the living Quran akan mampu melakukan kontra aksi terhadap semua tantangan yang dihadapinya. Dia akan mampu menangkis serangan informasi satu arah yang kini datang dari Barat.
Apa yang mesti dilakukan oleh kalangan muda Islam di zaman serba kompleks ini? Dalam pandangan saya, tidak ada yang lebih baik untuk dilakukan, kecuali kita semua kembali merapatkan jiwa dan kesadaran kita ke akar norma agama kita sendiri, lalu kita gali sedalam-dalamnya, kita renungkan semaksimal mungkin, kita aplikasikan dalam hidup ini. Dan, kita pasarkan ajaran-ajaran Islam itu dengan sepenuh raga dan jiwa. Hanya dengan spirit berjuang yang tinggi dan komitmen yang kuat, remaja Muslim akan lahir kembali dalam sosok yang cemerlang dengan Islam sebagai panji.

Selasa, 06 November 2012

siapa idola mu...?

0komentar

Sobat muda, selama kamu menjalani hidup, apakah kamu pernah mempunyai idola? Ah, sebenarnya kalian tidaklah perlu menjawab pertanyaan ini. Saya sudah dapat memastikan apa jawabannya. Sudah dapat memastikan bahwa setiap dari kalian, termasuk yang sedang membaca Buletin gaulislam ini, tentulah pernah dan sekarang pun punya idola.

Eh, sebenarnya itu bukanlah semata-mata prediksi lho. Itu lebih ke arah fakta bahwasanya manusia, yang termasuk di dalamnya para remaja, mempunyai naluri alamiah untuk mengidolakan sesuatu.

Sebagai manusia, saya pernah merasakannya sendiri. Bahkan semenjak saya kecil. Pernah merasakan kekaguman luar biasa terhadap sosok Ultraman yang begitu besar dan mampu membuat para monster babak belur. Tercengang ketika pertama kali melihat lima orang manusia biasa di layar TV berubah menjadi lima pahlawan berhelm pembela kebenaran, Power Rangers. Tidak perlu waktu lama bagi saya untuk meniru gerak-gerik para jagoan layar TV yang saya tonton itu. Main gebuk teman sendiri adalah hasil dari mengidolakan enam jagoan itu. Ah, sebenarnya saya malu menceritakannya. Tapi tak apalah, sebagai gambaran dan pelajaran untuk semua.

Itu pada masa anak-anak. Idolanya biasanya tak jauh-jauh dari itu. Beranjak remaja, tentu beda lagi siapa idolanya. Kebanyakan remaja biasanya kesengsem dengan para artis. Apalagi di jaman sekarang dimana Korean Wave sedang gencar-gencarnya melanda negeri dengan penduduk muslim terbesar di dunia ini. Kebanyakan remajanya pun terlena. Terpukau dengan gaya dan dandanan orang-orang Korea itu. Efeknya? Sudah bisa ditebak, Bro en Sis. Ya, mereka akan mengikuti gaya para artis yang diidolakan. Baik itu cara berpakaian, pola pikir, dan prilaku mereka.

 

Selektif pilih idola

Oya, masalahnya sebenarnya terletak di sini. Para remaja kebanyakan mengikuti sesuatu dengan tanpa pertimbangan-pertimbangan lebih jauh. Main ikut aja, tanpa berpikir ulang apakah sesuatu yang diikuti itu benar atau salah. Nggak peduli lagi. Yang penting enjoy.

Padahal, idola yang mereka jadikan teladan, para artis itu lebih memberikan contoh yang negatif. Lihat aja, misalnya girlband-girlband yang sekarang tumbuh pesat bak jamur di musim penghujan. Siapa pun tahu bagaimana cara berbusana mereka. Serba terbuka. Memperlihatkan bagian tubuh yang semestinya tidak diperlihatkan di depan umum. Aurat yang semestinya ditutupi dengan baik. Yang semestinya tidak boleh diumbar-umbar kecuali untuk suami masing-masing jika sudah tiba waktunya, nanti setelah nikah.

Itu dari segi penampilan. Belum lagi dari segi pesan yang mereka sampaikan lewat lagu-lagu yang didendangkan. Lagu-lagu itu sengaja dibuat guna menyebarkan inspirasi tentang pengekspresian cinta yang bebas. Tidak harus pada orang, waktu, dan tempat yang tepat. Asal suka sama suka, bolehlah melakukan apa pun atas nama cinta. Kehidupan cinta yang bebas, tanpa ikatan suci bernama pernikahan. Sungguh ironi dan menyedihkan.

Namun sobat muda muslim, di tengah-tengah kesedihan yang ada, kita masih bisa dan patut untuk berbangga. Kenapa? Karena ternyata masih ada remaja-remaja tangguh di dunia ini. Mereka ini adalah para remaja yang yang sudah mulai paham bahwa hidup mereka tidaklah semata untuk main-main belaka. Ada sebuah pertanggungjawaban yang kelak harus dihadapi. Sebuah pertanggungjawaban yang hanya mengenal satu perhitungan berdasarkan kebenaran atau kebatilan. Oleh karenanya, kita bisa melihat, mereka sangat berhati-hati meniti hidup. Berpikir ribuan kali dalam urusan memilih idola. Begitu selektif. Jika kira-kira si calon idola dapat membimbing pada kebenaran, mendorong untuk senantiasa ingat dan dekat dengan Allah, maka mereka akan mengambilnya.

Namun, jika kira-kira si calon idola yang ‘ditaksir’ bisa membawanya pada kebatilan, mereka akan segera mengambil tindakan cepat. Melupakan dan untuk kemudian membuangnya jauh-jauh dari alur kehidupan mereka. Tidak peduli betapa kuat keinginan di dada untuk menjadikannya panutan. Syarat nggak terpenuhi, ke laut aja!

Hanya kitalah yang dapat menilai. Apakah diri masing-masing termasuk pada golongan remaja keropos yang begitu mudahnya ‘mengadopsi’ idola seenak hati. Atau, remaja tangguh dengan  perisai sekuat baja, yang hanya mengidolakan orang-orang yang senantiasa bertabur dan bertebar kebaikan.

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam, ada banyak idola bertebaran di muka bumi. Mereka menjelma bak pahlawan bagi ‘pengikut’ masing-masing. Namun, tahukah kalian bahwa seorang idola tidaklah selalu identik dengan pahlawan. Apalah jadinya jika setiap idola disebut pahlawan? Bagaimanalah mungkin seorang idola dengan milyaran fans berat tapi menyebarkan kesesatan dan kerusakan di muka bumi masih saja disebut pahlawan? Apakah kalian rela menyebutnya pahlawan? Akal yang masih waras tentu akan mengatakan tidak. Mereka adalah penjahat dan perusak, bukan pahlawan.

Dulu, seorang pahlawan biasanya diidentikkan pada mereka yang mati di medan pertempuran. Entah itu mati karena membela bangsa, negara, atau agama. Namun, semakin lama julukan atau gelar pahlawan ini semakin meluas cakupannya. Tidak lagi jelas batasannya. Tidak melulu dinisbatkan pada orang yang mati di medan pertempuran. Seorang bapak yang pontang-panting mencari nafkah kini juga bisa disebut pahlawan bagi keluarganya. Seorang guru yang berjuang mendidik dan mengajarkan ilmunya kini juga bisa disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa.

Tetapi, secara umum bisa disimpulkan bahwa pahlawan adalah seseorang yang telah berjuang mengorbankan waktu, jiwa, atau raganya demi kebaikan orang lain. Jika dikaitkan dengan Islam, maka ‘pahlawan Islam’ adalah mereka yang telah mengorbankan waktu, jiwa, atau raganya demi menjaga serta menegakkan kemulian Islam dan para pengikutnya.

Sobat muda muslim, mempunyai idola memang naluriah. Tetapi menetapkan siapa idola kita, itulah yang penting. Tidak sembarangan. Karena jika sembarangan, dan ternyata kualitasnya buruk atau bahkan jahat, itu sama saja bermain-main dengan api. Waspada!

Idola memang diperlukan dalam pengembangan kepribadian seseorang. Karena manusia pada dasarnya memang membutuhkan panutan yang bisa menjadi cermin saat harus menentukan berbagai pilihan hidup. Sungguh tidak bisa terbayangkan jika seandainya idola yang dipilih adalah idola yang memberikan contoh yang buruk atau bahkan rusak, itu akan berpengaruh pada kepribadian kita.

 

Jadi idola bagi yang lain

Bro en Sis, kabar baiknya, kamu nggak harus selalu terpaku mencari idola. Kamu semua berpotensi menjadi idola atau teladan bagi yang lainnya. Seorang kakak misalnya, bisa menjadi teladan bagi adik-adiknya. Seorang guru, bisa menjadi teladan bagi para muridnya. Pun seorang remaja seperti kamu nih, bisa menjadi teladan bagi teman dan orang-orang sekitar. Maka pastikan apa yang diteladankan adalah teladan yang baik. Jangan sampai kalian memberikan teladan yang buruk pada teman dan lingkungan kalian.

Rasulullah saw. bersabda: “Siapa saja yang mencontohkan perbuatan yang baik kemudian beramal dengannya, maka ia mendapat balasannya (pahala) dan balasan serupa dari orang yang beramal dengannya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan siapa saja yang mencontohkan perbuatan yang buruk kemudian ia berbuat dengannya, maka ia mendapat balasannya dan balasan orang yang mengikutinya tanpa mengurangi balasan mereka sedikitpun,” (HR Ibnu Majah)

Lalu, bagaimana supaya tidak salah memilih idola? Ini penting. Karena di sinilah pangkal urusannya. Di sinilah seorang remaja sering terjebak. Terkadang seorang remaja merasa bahwa pilihannya sudah bagus, sudah mantap. Tapi ternyata, dia tertipu. Tertipu pesona semu sang idola.

Maka ada satu jurus jitu yang dapat dipakai supaya tidak tertipu dengan pesona palsu sang calon idola. Apa itu? Gunakanlah syariat Islam. Gunakanlah ia sebagai pedoman untuk menentukan siapa idola kalian. Islam adalah sebenar-benar petunjuk yang berasal dari Allah Ta’ala Yang Maha Mengetahui, pencipta manusia dan alam raya, Allah swt. Maka jika kita berpedoman padanya, sudah dapat dipastikan kamu semua nggak akan pernah dikecewakan. Sumpah? Ciyuz! Eh.

Tak hanya sampai di sini. Syariat Islam tidak hanya dapat digunakan sebagai pedoman untuk memilih idola. Tapi juga bisa digunakan jika kita ingin menjadi idola. Bagaimana bisa? Tentu saja bisa. Sejak dahulu, telah bermunculan idola-idola berkualitas tinggi yang lahir berkat kegigihan mereka mengamalkan syariat Islam ini. Super keren!

Oya, tahukah kalian siapa idola yang paling agung yang pernah ada berkat kesempurnaannya mengamalkan ajaran Islam ini?  Dialah Rasulullah Muhammad saw. Keteladanannya bahkan tidaklah untuk manusia semata, melainkan juga untuk seluruh alam. Namanya bahkan tetap bersinar terang meskipun orangnya sudah meninggal ribuan tahun yang lalu. Akan senantiasa bersinar hingga dunia berakhir nanti.

Ah, tentu di antara kamu ada yang pesimis. Bagaimana mungkin bisa memilih idola atau bahkan menjadi idola dengan menggunakan syariat Islam. Padahal kamu marasa bahwa diri kamu masih sangat awam dengan Islam. Sangat minim pengetahuan.

Jangan terburu-buru berkecil hati dulu, sobat. Saya ingin mengingatkan bahwasanya obat dari segala macam kebodohan adalah kemauan untuk belajar. Ingin menguasai Islam, maka belajarlah. Belajar dengan tekun, dengan semangat sekuat baja. Berkorban waktu, harta, dan tenaga. Luangkanlah waktu untuk mau menghadiri kajian-kajian keislaman. Juga jangan ragu, sisihkan uang jajan untuk membeli buku-buku keislaman. Insya Allah, pengorbananmu akan berbuah manis. Dibalas oleh Allah dengan limpahan ilmu.

Maka dengan melimpahnya keilmuan Islam itu, diharapkan kalian dapat memilih dengan baik siapa idola kalian. Juga dapat menjadi idola berkualitas yang senantiasa bertabur dan bertebar kebaikan. Semoga.

 

SATU DARI SERIBU © 2010

Blogger Templates by Splashy Templates