skip to main |
skip to sidebar
di
22.02
Sobat muda, selama kamu menjalani hidup, apakah kamu pernah mempunyai
idola? Ah, sebenarnya kalian tidaklah perlu menjawab pertanyaan ini.
Saya sudah dapat memastikan apa jawabannya. Sudah dapat memastikan bahwa
setiap dari kalian, termasuk yang sedang membaca Buletin gaulislam ini,
tentulah pernah dan sekarang pun punya idola.
Eh, sebenarnya itu bukanlah semata-mata prediksi lho. Itu lebih ke
arah fakta bahwasanya manusia, yang termasuk di dalamnya para remaja,
mempunyai naluri alamiah untuk mengidolakan sesuatu.
Sebagai manusia, saya pernah merasakannya sendiri. Bahkan semenjak
saya kecil. Pernah merasakan kekaguman luar biasa terhadap sosok Ultraman
yang begitu besar dan mampu membuat para monster babak belur.
Tercengang ketika pertama kali melihat lima orang manusia biasa di layar
TV berubah menjadi lima pahlawan berhelm pembela kebenaran, Power Rangers.
Tidak perlu waktu lama bagi saya untuk meniru gerak-gerik para jagoan
layar TV yang saya tonton itu. Main gebuk teman sendiri adalah hasil
dari mengidolakan enam jagoan itu. Ah, sebenarnya saya malu
menceritakannya. Tapi tak apalah, sebagai gambaran dan pelajaran untuk
semua.
Itu pada masa anak-anak. Idolanya biasanya tak jauh-jauh dari itu.
Beranjak remaja, tentu beda lagi siapa idolanya. Kebanyakan remaja
biasanya kesengsem dengan para artis. Apalagi di jaman sekarang dimana Korean Wave
sedang gencar-gencarnya melanda negeri dengan penduduk muslim terbesar
di dunia ini. Kebanyakan remajanya pun terlena. Terpukau dengan gaya dan
dandanan orang-orang Korea itu. Efeknya? Sudah bisa ditebak, Bro en
Sis. Ya, mereka akan mengikuti gaya para artis yang diidolakan. Baik itu
cara berpakaian, pola pikir, dan prilaku mereka.
Selektif pilih idola
Oya, masalahnya sebenarnya terletak di sini. Para remaja kebanyakan
mengikuti sesuatu dengan tanpa pertimbangan-pertimbangan lebih jauh.
Main ikut aja, tanpa berpikir ulang apakah sesuatu yang diikuti itu
benar atau salah. Nggak peduli lagi. Yang penting enjoy.
Padahal, idola yang mereka jadikan teladan, para artis itu lebih memberikan contoh yang negatif. Lihat aja, misalnya girlband-girlband
yang sekarang tumbuh pesat bak jamur di musim penghujan. Siapa pun tahu
bagaimana cara berbusana mereka. Serba terbuka. Memperlihatkan bagian
tubuh yang semestinya tidak diperlihatkan di depan umum. Aurat yang
semestinya ditutupi dengan baik. Yang semestinya tidak boleh
diumbar-umbar kecuali untuk suami masing-masing jika sudah tiba
waktunya, nanti setelah nikah.
Itu dari segi penampilan. Belum lagi dari segi pesan yang mereka
sampaikan lewat lagu-lagu yang didendangkan. Lagu-lagu itu sengaja
dibuat guna menyebarkan inspirasi tentang pengekspresian cinta yang
bebas. Tidak harus pada orang, waktu, dan tempat yang tepat. Asal suka
sama suka, bolehlah melakukan apa pun atas nama cinta. Kehidupan cinta
yang bebas, tanpa ikatan suci bernama pernikahan. Sungguh ironi dan
menyedihkan.
Namun sobat muda muslim, di tengah-tengah kesedihan yang ada, kita
masih bisa dan patut untuk berbangga. Kenapa? Karena ternyata masih ada
remaja-remaja tangguh di dunia ini. Mereka ini adalah para remaja yang
yang sudah mulai paham bahwa hidup mereka tidaklah semata untuk
main-main belaka. Ada sebuah pertanggungjawaban yang kelak harus
dihadapi. Sebuah pertanggungjawaban yang hanya mengenal satu perhitungan
berdasarkan kebenaran atau kebatilan. Oleh karenanya, kita bisa
melihat, mereka sangat berhati-hati meniti hidup. Berpikir ribuan kali
dalam urusan memilih idola. Begitu selektif. Jika kira-kira si calon
idola dapat membimbing pada kebenaran, mendorong untuk senantiasa ingat
dan dekat dengan Allah, maka mereka akan mengambilnya.
Namun, jika kira-kira si calon idola yang ‘ditaksir’ bisa membawanya
pada kebatilan, mereka akan segera mengambil tindakan cepat. Melupakan
dan untuk kemudian membuangnya jauh-jauh dari alur kehidupan mereka.
Tidak peduli betapa kuat keinginan di dada untuk menjadikannya panutan.
Syarat nggak terpenuhi, ke laut aja!
Hanya kitalah yang dapat menilai. Apakah diri masing-masing termasuk
pada golongan remaja keropos yang begitu mudahnya ‘mengadopsi’ idola
seenak hati. Atau, remaja tangguh dengan perisai sekuat baja, yang
hanya mengidolakan orang-orang yang senantiasa bertabur dan bertebar
kebaikan.
Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam, ada banyak idola
bertebaran di muka bumi. Mereka menjelma bak pahlawan bagi ‘pengikut’
masing-masing. Namun, tahukah kalian bahwa seorang idola tidaklah selalu
identik dengan pahlawan. Apalah jadinya jika setiap idola disebut
pahlawan? Bagaimanalah mungkin seorang idola dengan milyaran fans berat
tapi menyebarkan kesesatan dan kerusakan di muka bumi masih saja disebut
pahlawan? Apakah kalian rela menyebutnya pahlawan? Akal yang masih
waras tentu akan mengatakan tidak. Mereka adalah penjahat dan perusak,
bukan pahlawan.
Dulu, seorang pahlawan biasanya diidentikkan pada mereka yang mati di
medan pertempuran. Entah itu mati karena membela bangsa, negara, atau
agama. Namun, semakin lama julukan atau gelar pahlawan ini semakin
meluas cakupannya. Tidak lagi jelas batasannya. Tidak melulu dinisbatkan
pada orang yang mati di medan pertempuran. Seorang bapak yang
pontang-panting mencari nafkah kini juga bisa disebut pahlawan bagi
keluarganya. Seorang guru yang berjuang mendidik dan mengajarkan ilmunya
kini juga bisa disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa.
Tetapi, secara umum bisa disimpulkan bahwa pahlawan adalah seseorang
yang telah berjuang mengorbankan waktu, jiwa, atau raganya demi kebaikan
orang lain. Jika dikaitkan dengan Islam, maka ‘pahlawan Islam’ adalah
mereka yang telah mengorbankan waktu, jiwa, atau raganya demi menjaga
serta menegakkan kemulian Islam dan para pengikutnya.
Sobat muda muslim, mempunyai idola memang naluriah. Tetapi menetapkan
siapa idola kita, itulah yang penting. Tidak sembarangan. Karena jika
sembarangan, dan ternyata kualitasnya buruk atau bahkan jahat, itu sama
saja bermain-main dengan api. Waspada!
Idola memang diperlukan dalam pengembangan kepribadian seseorang.
Karena manusia pada dasarnya memang membutuhkan panutan yang bisa
menjadi cermin saat harus menentukan berbagai pilihan hidup. Sungguh
tidak bisa terbayangkan jika seandainya idola yang dipilih adalah idola
yang memberikan contoh yang buruk atau bahkan rusak, itu akan
berpengaruh pada kepribadian kita.
Jadi idola bagi yang lain
Bro en Sis, kabar baiknya, kamu nggak harus selalu terpaku mencari
idola. Kamu semua berpotensi menjadi idola atau teladan bagi yang
lainnya. Seorang kakak misalnya, bisa menjadi teladan bagi adik-adiknya.
Seorang guru, bisa menjadi teladan bagi para muridnya. Pun seorang
remaja seperti kamu nih, bisa menjadi teladan bagi teman dan orang-orang
sekitar. Maka pastikan apa yang diteladankan adalah teladan yang baik.
Jangan sampai kalian memberikan teladan yang buruk pada teman dan
lingkungan kalian.
Rasulullah saw. bersabda: “Siapa saja yang mencontohkan perbuatan
yang baik kemudian beramal dengannya, maka ia mendapat balasannya
(pahala) dan balasan serupa dari orang yang beramal dengannya tanpa
mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan siapa saja yang mencontohkan
perbuatan yang buruk kemudian ia berbuat dengannya, maka ia mendapat
balasannya dan balasan orang yang mengikutinya tanpa mengurangi balasan
mereka sedikitpun,” (HR Ibnu Majah)
Lalu, bagaimana supaya tidak salah memilih idola? Ini penting. Karena
di sinilah pangkal urusannya. Di sinilah seorang remaja sering
terjebak. Terkadang seorang remaja merasa bahwa pilihannya sudah bagus,
sudah mantap. Tapi ternyata, dia tertipu. Tertipu pesona semu sang
idola.
Maka ada satu jurus jitu yang dapat dipakai supaya tidak tertipu
dengan pesona palsu sang calon idola. Apa itu? Gunakanlah syariat Islam.
Gunakanlah ia sebagai pedoman untuk menentukan siapa idola kalian.
Islam adalah sebenar-benar petunjuk yang berasal dari Allah Ta’ala Yang
Maha Mengetahui, pencipta manusia dan alam raya, Allah swt. Maka jika
kita berpedoman padanya, sudah dapat dipastikan kamu semua nggak akan
pernah dikecewakan. Sumpah? Ciyuz! Eh.
Tak hanya sampai di sini. Syariat Islam tidak hanya dapat digunakan
sebagai pedoman untuk memilih idola. Tapi juga bisa digunakan jika kita
ingin menjadi idola. Bagaimana bisa? Tentu saja bisa. Sejak dahulu,
telah bermunculan idola-idola berkualitas tinggi yang lahir berkat
kegigihan mereka mengamalkan syariat Islam ini. Super keren!
Oya, tahukah kalian siapa idola yang paling agung yang pernah ada
berkat kesempurnaannya mengamalkan ajaran Islam ini? Dialah Rasulullah
Muhammad saw. Keteladanannya bahkan tidaklah untuk manusia semata,
melainkan juga untuk seluruh alam. Namanya bahkan tetap bersinar terang
meskipun orangnya sudah meninggal ribuan tahun yang lalu. Akan
senantiasa bersinar hingga dunia berakhir nanti.
Ah, tentu di antara kamu ada yang pesimis. Bagaimana mungkin bisa
memilih idola atau bahkan menjadi idola dengan menggunakan syariat
Islam. Padahal kamu marasa bahwa diri kamu masih sangat awam dengan
Islam. Sangat minim pengetahuan.
Jangan terburu-buru berkecil hati dulu, sobat. Saya ingin
mengingatkan bahwasanya obat dari segala macam kebodohan adalah kemauan
untuk belajar. Ingin menguasai Islam, maka belajarlah. Belajar dengan
tekun, dengan semangat sekuat baja. Berkorban waktu, harta, dan tenaga.
Luangkanlah waktu untuk mau menghadiri kajian-kajian keislaman. Juga
jangan ragu, sisihkan uang jajan untuk membeli buku-buku keislaman.
Insya Allah, pengorbananmu akan berbuah manis. Dibalas oleh Allah dengan
limpahan ilmu.
Maka dengan melimpahnya keilmuan Islam itu, diharapkan kalian dapat
memilih dengan baik siapa idola kalian. Juga dapat menjadi idola
berkualitas yang senantiasa bertabur dan bertebar kebaikan. Semoga.
0 komentar:
Posting Komentar