Hmm.. dari judulnya aja udah pastinya
seru dibahas nih, apalagi kalo udah ngomongin cinta-cintaan nggak
bakalan ada habisnya buat dibahas. Dari jaman baheula sampe
sekarang yang namanya cinta selalu seru untuk diobrolin. Lihat deh
acara-acara di tivi kebanyakan tentang percintaan. Nggak ketinggalan
majalah remaja, tabloid, novel, sinetron, film layar lebar sampai
reality show semua isinya percintaan. Kalo masih kurang lagu-lagu anak
band sekarang tidak jauh dari lirik-lirik cinta. So, nilai jual
cinta nggak bakalan turun (jiaaah, cinta kok dijual?). Termasuk tulisan
ini juga akan membahas tema yang sama. Tapi sudut pandangnya Islam,
karena saya seorang muslim.
Bro en Sis, cinta itu anugerah. Dateng
gitu aja, tiba-tiba muncul tanpa diundang (dah kayak jalangkung!). Nggak
peduli tua atau muda, cantik atau jelek, ganteng atau tampan (loh?
Curang nih cow) love doesn’t know difference deh. Contoh cowok kalo udah
suka sama cewe, bisa lupa segalanya, mulai dari ngelamun, ketawa
sendiri (cinta gila kali ya?) sampe rela ngelakuin apa aja demi
ceweknya. Padahal bisa aja dimanfaatin, aji mumpung jalan kemana aja
dibayarin, dari makan sampai nonton. Ini cewek matre atau sekadar
numpang makan (ngirit banget lo!). Atau mungkin dia punya prinsip
“seefesien mungkin”. Kalo ada yang gratisan kenapa nggak? Pletak!
Wadooh, yang ceweknya nggak pada empati
tuh, kali aja si cowok udah mati-matian nabung sebulan penuh, sampe
hutang kanan-kiri juga kali ya? (nah loh ada yang kesendir tuh ya?
Hehe…) Tapi kalo sampe para cewek dituduh matre or numpang makan doang,
kayaknya cewek-cewek pada nggak setuju nih. But, tenang Sis. Nggak semua
cewe kayak gitu kok (Jiaaah, pembelaan ini cuma contoh takutnya gue
dicakar-cakar sama cewek-cewek, peace).
Eh, ada yang protes nggak kalo masalah
pacaran dikaitkan dengan Islam? Biasanya kalo protes itu mikirnya gini:
“Yang penting kan ibadahnya? Ngapain kudu disangkut-pautkan dengan
Islam. Pacaran aja selama itu nggak ganggu orang lain dan nggak sampe
berzina”. Hmm…
Bro, Islam udah ngasih aturan yang
jelas, harusnya kita bisa menerima Islam dengan sepenuhnya, bukan cuma
sebatas ritualnya aja atau dijadikan formalitas aja. Aturannya
menyangkut semua hal, mulai dari aturan negara sampai aturan untuk
individu. Jangan sampe di antara kamu ada yang rajin ngaji, sholat juga
nggak ketinggalan, tapi maksiat tetep jalan. Hadduch.. STMJ tuh mah
(Sholat Terus Maksiat Jalan). Sholat sih sholat, tapi soal maming alias
Malam Mingguan kamu ngerasa wajib untuk hadir ke rumah pacar kamu. Niat
ngapel sambil pamit sama ortu si pacar, mau ngajak jalan-jalan cari
udara segar (cari aja oksigen di rumah sakit, lagi bengek kali tuh!).
Intinya supaya bisa berdua aja.
Oya, ada juga tuh temen kita yang
beralibi alais ngasih alasan bahwa pacaran yang mereka lakukan itu
islami. Mereka sepakat putus sementara kalo datang bulan Ramadahn. Nanti
abis Ramadhan disambung lagi (waduuuh, ngarep banget ya buat melegalkan
pacaran?). Kalo gitu ngerampok secara islami ada juga kali ya, cuma
ngerampok orang kaya yang pelit en pejabat korup (dah kayak Robin Hood
dong? Asal deh lo!).
Gaul cara Islam
Bro en Sis, Allah Swt. udah berfirman (yang artinya):“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS al-Isra [17]: 32)
Tuh, bukan cuma zinanya aja yang haram,
tapi mendekati zina saja sudah dilarang. Pacaran identik dengan
berkumpul antara lawan jenis. Istilahnya berkhalwat dengan yang bukan
mahrammnya, dalam Islam tentu diharamkan karena bisa menjerumus ke dalam
kemaksiatan en yang lebih parah berzina. Kalo mau plesetin omongannya
Bang Napi jaman dulu (masih pada inget kan?). Yup, Bang Samsi (eh, Bang
Napi) bilang: “Inget, kemaksiatan bukan hanya karena ada niat si pelaku,
tapi juga karena ada kesempatan.” Bener banget. Kalo udah berudua-duaan
yang ketiganya adalah setan. Hati-hati kalo sampe satpol PP juga ikut
pantau. Kegiatan kamu bakalan diintip dan didiemin dulu biar ketangkep
basah (nah loh pengalaman sapa tuch?) Soalnya, kalo udah terpancing sama
hawa nafsu setan, gampang banget tuh ngegodainya, istilahnya tinggal
tunggu jam tayang (dah kayak nonton bioskop aja tuh).
Bro, sebelum sampe berdua-duaan dengan
lawan jenis, di awal-awal hubungan dengan lawan jenis udah diatur dengan
baik lho dalam Islam. Supaya kejadian maksiat itu bisa dicegah karena
peluangnya diminimalisir. Allah Swt. udah berfirman (yang artinya): “Katakanlah
kepada orang-orang mukmin laki-laki: ‘Hendaklah mereka itu menundukkan
sebahagian pandangannya dan menjaga kemaluannya ….’ Dan katakanlah
kepada orang-orang mukmin perempuan: ‘Hendaknya mereka itu menundukkan
sebahagian pandangannya dan menjaga kemaluannya…’.” (QS an-Nuur [24]: 30–31)
So, menundukkan pandangan adalah menjaga
pandangan. Nggak dilepas gitu aja tanpa kendali yang memungkinkan bakal
merasakan kelezatan atas birahinya kepada lawan jenisnya yang beraksi.
Pandangan bisa dibilang terpelihara jika secara tidak sengaja melihat
lawan jenis kemudian menahan untuk tidak berusaha melihat mengulangi
melihat lagi atau mengamat-amati kecantikannya atau kegantengannya.
Ath-Thabarani meriwayatkan, Nabi saw. bersabda yang artinya,
“Awaslah kamu dari bersendirian dengan wanita, demi Allah yang jiwaku
di tanganNya, tiada seorang lelaki yang bersendirian (bersembunyian)
dengan wanita malainkan dimasuki oleh setan antara keduanya. Dan,
seorang yang berdesakkan dengan babi yang berlumuran lumpur yang basi
lebih baik daripada bersentuhan bahu dengan bahu wanita yang tidak halal
baginya.”
Juga dalam hadis yang lain. Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. telah bersabda yang artinya,
“Kedua mata itu bisa melakukan zina, kedua tangan itu (bisa) melakukan
zina, kedua kaki itu (bisa) melakukan zina. Dan kesemuanya itu akan
dibenarkan atau diingkari oleh alat kelamin.” (Hadis sahih diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Ibn Abbas dan Abu Hurairah).
Yang terendah adalah zina hati dengan
bernikmat-nikmat karena getaran jiwa yang dekat dengannya, zina mata
dengan merasakan sedap memandangnya dan lebih jauh terjerumus ke zina
badan dengan, saling bersentuhan, berpegangan, berpelukan, berciuman,
dan seterusnya hingga terjadilah persetubuhan. Ati-ati! Waspadalah!
Bor en Sis, dalam Islam nggak ada
istilah pacaran, karena pada dasarnya aturan pergaulan dalam Islam
adalah infishol alias “terpisah” dalam arti begini: cowok atau cewek
hanya bergaul akrab dengan sejenisnya atau para mahram. Berhubungan
dengan lawan jenis hanya masalah mu’amalah (bisnis, seperti di pasar
antara penjual dan pembeli), pendidikan (seperti antara guru dengan
murid atau dosen sama mahasiswanya) juga dalam masalah kesehatan
(konsultasi dokter dengan pasiennya dan sejenisnya). Yang semuanya harus
tetap sayr’i.
Soal tempat khusus dan tempat umum
Allah Swt. berfirman (yang artinya): “Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan
rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. yang
demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat. Jika kamu
tidak menemui seorangpun didalamnya, Maka janganlah kamu masuk sebelum
kamu mendapat izin. dan jika dikatakan kepadamu: “Kembali (saja)lah,
Maka hendaklah kamu kembali. itu bersih bagimu dan Allah Maha mengetahui
apa yang kamu kerjakan. (QS an-Nuur [24]: 27-28)
Bro en Sis, kamu perlu tahu nih tempat atau kondisi yang berkenaan dengan pergaulan antara cowok dan cewek yang bukan mahram.
Pertama, tempat yang kita tidak memerlukan izin pada saat masuk/melihat (contoh :lapangan, rumah sakit, Pasar, dll). Kedua,
tempat khusus (tempat yang jika kita ingin masuk atau melihat maka
diwajibkan untuk meminta izin, contoh: kamar mandi rumah, mobil pribadi,
ruangan pribadi dan sejenisnya).
Terus nih, yang harus diperhatikan dalam pergaulan adalah soal istilah: Pertama, ij’tima, yakni berkumpul, tapi tidak ada interaksi. Kedua, a’laqoh, yakni interaksi, tapi nggak berkumpul (contohnya telepon, chatting online, SMS-an, kirim-kirim e-mail dan sejenisnya). Ketiga,
ikhtilat, yakni berkumpul dan beriteraksi (dan yang dibolehkan bagi
yang bukan mahram adalah hanya dalam masalah mu’amalat, pendidikan, dan
kesehatan)
Oya, saya mau cerita dikit. Pernah tuh
saya beda pendapat mengenai status hukum pacaran sama temen sendiri.
Saya nggak setuju pacaran, bukan karena saya nggak laku buat pacaran,
tapi karena banyak yang nolak sih hehe… (nggak ding, emang saya udah
tahu hukumnya pacaran nggak boleh menurut ajaran Islam). Saya menolak
pacaran bukan juga untuk nyuruh dia putus sama pacarnya, cuma pengen
ngajak berfikir aja. Sampe pada klimaksnya dia bilang ke saya: “Kalo
gaya hidup kamu kayak gitu mending nggak usah hidup di Indonesia aja!”
Wadduh…. nggak nyangka temen saya ngomong begitu. sampe akhirnya gue
jawab “Sory friend, aku hidup di bumi Allah Swt. Kalo kamu nggak setuju
sama aturan Allah mending pergi aja dari bumi Allah”. Halah, saya
spontan komen gitu. Sempet terfikir itu emosi saya yang menjawab kali
ye? Tapi ya udahlah. So, saya udah mencoba untuk tegas walaupun saya masih belajar dalam mentaati semua aturan Islam.
Pacaran nggak cuma mereka yang masih
bujangan dan gadis aja, tapi dari usia akil balig sampai kakek nenek
bisa berbuat seperti yang diancam oleh hukuman Allah. Hanya saja, yang
umum kelihatan melakukan pacaran adalah para remaja. Betul apa bener?
Islam ngatur hubungan antar lawan jenis
Oya, bukan berarti nggak ada solusi
dalam Islam untuk berhubungan dengan nonmahram. Dalam Islam hubungan
nonmahram ini diakomodasi dalam lembaga perkawinan melalui sistem
khitbah/lamaran dan pernikahan. Rasulullah saw. bersabda (yang artinya):
“Hai golongan pemuda, siapa di antara kamu yang mampu untuk
menikah, maka hendaklah ia menikah, karena menikah itu lebih menundukkan
pandangan, dan lebih memelihara kemaluan. Tetapi, siapa yang tidak
mampu menikah, maka hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu dapat
mengurangi syahwat.” (HR Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmizi, Nasai, Ibnu Majah, Ahmad, dan Darami)
Selain hal tersebut di atas, baik itu
hubungan teman, pergaulan laki-laki perempuan tanpa perasaan, ataupun
hubungan profesional, ataupun pacaran, ataupun pergaulan guru dan murid,
bahkan pergaulan antar-tetangga yang melanggar aturan di atas adalah
haram, meskipun Islam tidak mengingkari adanya rasa suka atau bahkan
cinta.
Bro en sis, bahkan diperbolehkan suka
kepada laki-laki/perempuan yang bukan mahram, tetapi kita diharamkan
mengadakan hubungan terbuka dengan nonmahram tanpa mematuhi aturan di
atas. Kalau masih pengen juga, kamu kudu ditemani kakak laki-laki
ataupun mahram laki-laki kamu dan kamu harus menutup auart masing-masing
agar memenuhi aturan yang telah ditetapkan Islam. Tapi ini bukan dalam
rangka pacaran, lho. Ya, sekadar bertemu untuk pendidikan atau dakwah,
muamalah dan kesehatan. Oke?
Percayalah, jodoh itu Allah Ta’ala yang
ngatur. Nggak usah maksain sampe pacaran segala. Ada cerita nih, dari
guru ngaji gue sih (minta izin ngutip ya pak.. hehe). Jadi ada
cowok-cewek yang udah kepalang pacaran en cinta banget. Ketika mereka
dalam pengajian, dibahas tuh masalah pacaran kayak gini. Singkat cerita
mereka putus, “demi Islam kita putus aja yach…” katanya. Wah dilema
banget emang ya? (cinta deritanya tiada akhir.. hwaach dasar Patkai).
Emang berat en nggak gampang tuh ambil keputusan habis udah cinta mati. Sampe semboyannya aja: “I love you teu eureun-eureun”
(gotong royong aja kali ya biar nggak berat). Tapi kemudian mereka
iklhas menerima keputusannya. Berlanjut sampe mereka dewasa. Atas ijin
Allah mereka dipertemukan kembali, karena ortunya udah saling kenal
juga, akhirnya mereka menikah. Wah…wah pastinya bahagia banget mereka.
Gimana Bro, mau, mau mau? Kalo udah siap jangan tunggu lama-lama buat
ngehindar dari maksiat en fitnah lanjutkan ke pernikahan (lebih cepat
lebih baik, kita mah pro syariat Islam!).
BTW, tapi kan nggak segampang yang saya
omongin ya? Kata Bang Thufail al-Ghifari sih “nikah itu Jihad yang
aduhai” (cit..cwiw!). So, bukankah kalo pengen serius jalin
hubungan, emang tujuannya menikah? (loh kok jadi ngomongin nikah?
Curhatan saya nih kayaknya. Watau!)
Bukti cinta sejati
Bro en Sis, Rasulullah saw. pernah bersabda (yang artinya): “Bukti
cinta sejati itu ada tiga, yaitu: memilih kalam kekasihnya (al-Qu’an)
daripada kalam lainNya (hasil produk manusia); memilih bergaul dengan
kekasihNya daripada bergaul dengan yang lain; memilih keridhaan
kekasihNya daripada keridhaan yang lain.”
Demikian ini karena orang yang mencintai
sesuatu itu, ia menjadi hambanya. Yahya bin Mu’adz berhubungan dengan
pengertian ini mengatakan: “Setitik benih cinta kepada Allah lebih aku sukai daripada pahala mengerjakan ibadah tujuh puluh tahun.”
Nah, kalo virus merah jambu mulai
meradang di hatimu, cuma ada satu solusi jitu: merit binti kawin alias
nikah. Nggak apa-apa kok masih muda juga asal udah mantap mentalnya,
kuat ilmunya, dan cukup materinya. Tapi kalo ngerasa belum mampu, ya wis
kamu kudu rajin-rajin berpuasa untuk meredam gejolak nafsumu. Dan
tentunya sambil terus belajar, mengasah kemampuan, dan mengenali Islam
lebih dalam, jangan lupa perbanyak kegiatan positif: ngaji dan olahraga,
misalnya. Main gim? Halah, bolehlah asal jangan kebablasan! Tapi,
daripada main gim mending baca al-Quran atau nulis kayak saya nih di
buletin gaulislam. Insya Allah lebih oke. Sip kan?
Bro en Sis, hidup di dunia yang singkat
ini kita siapkan untuk memperoleh kemenangan di hari akhirat kelak. Itu
sebabnya, yuk kita mulai hidup ini dengan bersungguh-sungguh dan jangan
bermain-main. Kita berusaha dan berdoa mengharap pertolongan Allah Swt.
agar diberi kekuatan untuk menjalankan segala perintah dan meninggalkan
segala laranganNya. Moga kita sukses di dunia dan di akhirat ya. Mau?
Mau doooong!
Semoga Allah menolong kita, amin. Jadi, tetep mau pacaran? Nggak, Ah!