>Cinta Butuh Komitmen<
Bro en Sis alhamdulillah ketemu lagi dengan kamu semua ya. Semoga kebersamaan kita juga sekaligus
menyatukan pikiran dan perasaan kita. Menyamakan persepsi bahwa Islam
adalah gaya hidup kita. Menyatukan visi bahwa hanya dengan Islam,
kehidupan kita akan mulia di dunia dan di akhirat. Selain itu, kita
mampu mengikatkan diri dalam satu upaya: mencintai Islam dan ajarannya
sebagai bentuk komitmen kita terhadap perjuangan dakwah demi menggapai
ridho Allah Swt.
Sobat muda muslim, perlu juga dikasih tahu istilah komitmen nih,
soalnya pernah lho ada teman kita yang nggak tahu istilah konsisten.
Hehehe… dalam kamus, tertulis: commitment kb. 1 janji. commitments
memenuhi janji-janjinya; juga berarti tanggung jawab. Kalo dalam KBBI
(Kamus Besar Bahasa Indonesia), komitmen artinya perjanjian
(keterikatan) untuk melakukan sesuatu; bisa juga berarti kontrak.
Itu sebabnya, kalo kita ngomong soal komitmen pastinya ada hubungan
dengan apa yang telah kita ikrarkan atau kita sepakati dalam melakukan
atau membuktikan sesuatu. Kalo kita cinta kepada diri sendiri, maka kita
harus berani membiasakan diri kita ditempa dengan disiplin, bila perlu
dalam level tertentu disiplin bisa berfungsi untuk ‘menghukum’ kita agar
lebih kuat, lebih semangat, lebih memiliki komitmen serius. Namun
demikian, jangan sampai alasan mencintai diri kita sendiri lalu
menjadikan kita egois dengan nggak mau mikirin orang lain. Bukan begitu,
sobat. Justru sebaliknya, karena kita mencintai diri sendiri maka kita
harus berkomitmen untuk menjaga janji itu dan kita aplikasikan juga
dalam mencintai kepada sesama. Sebab, kepada orang lain saja kita cinta,
apalagi kepada diri sendiri. Logika sederhananya sih gitu.
Jangan cuma bisa bilang: “cinta”
Boyz and galz pembaca setia gaulislam, jangan pernah ucapkan
kata cinta jika kita masih tak bisa memberikan pengorbanan terbesar
dalam hidup kita demi yang kita cintai. Jangan sampe keluar kata cinta
jika kita tak berani membela yang kita cintai. Sebab, cinta bukan hanya
ucapan yang manis di bibir, bukan kata yang kedengarannya indah di
telinga, dan bukan pula tulisan yang membuat kita merasa bahagia. Bukan
hanya itu. Karena cinta harus diwujudkan dalam perilaku. ‘Kalimah sakti’
itu harus tercermin dalam perbuatan dan pikiran. Sekali berani bilang
cinta, maka seharusnya kita akan berani berkomitmen untuk berkorban,
berani membela, dan berani bertanggung jawab terhadap apa yang kita
cintai.
Sobat muda muslim, tolong jangan menggombal atas nama cinta. Jangan
pula pura-pura jadi orang yang penuh cinta dengan menipu diri karena
sejatinya kita belum sepenuhnya mencintai apa yang kita cintai. Cinta
itu bukan main-main, cinta adalah wujud dari keseriusan kita bahwa kita
akan berusaha melakukan apa saja demi yang kita cintai. Kalo kita
mengecewakan yang kita cintai, tentunya cinta kita palsu. Kalo kita
mengkhianati apa yang kita cintai, tentunya bukan cinta sejati. Sebab,
jika benar-benar cinta kepada apa yang kita cintai, kita nggak bakalan
mengecewakan apalagi mengkhianatinya. Tul nggak sih?
Maka, jangan berani bilang cinta kepada Allah Swt., jika kita
ternyata masih melanggar aturanNya. Sungguh sangat aneh jika kita berani
mengatakan cinta kepada Allah, sementara kita doyan alias hobi banget
menolak perintahNya, sementara laranganNya malah kita lakukan. Pastinya
ada yang error alias tulalit kalo kita bilang: “Aku cinta
kepada Allah Swt.”, tapi dalam kelakuan kita nggak mencerminkan
kecintaan kita kepadaNya.
Misalnya nih, meski sholat rajin dan puasa rajin, tapi perintah Allah
Swt. yang lainnya seperti menutup aurat kalo keluar rumah nggak kita
lakukan. Anak cewek yang tertutup rapat dengan kain mukena ketika
sholat, seharusnya menutup rapat auratnya pula ketika keluar rumah.
Seringnya kan nggak ya. Rapi pada saat sholat, begitu keluar rumah malah
tampil mengumbar aurat.
Bro, jangan bilang cinta kepada Rasulullah saw., jika ternyata kita
masih melanggar aturan yang ditetapkan Rasulullah saw. Sebab, apa yang
disampaikan oleh Rasulullah saw. sejatinya adalah wahyu dari Allah Swt.
Ditegaskan oleh Allah Swt. dalam firmanNya: “…kawanmu (Muhammad)
tidak sesat dan tidak pula keliru. Dan tiadalah yang diucapkannya itu
(al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain
hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS an-Najm [53]: 2-4)
Kalo kita masih mengumbar hawa nafsu dengan melakukan aktivitas
pacaran, berarti selain melanggar aturan Allah Swt., juga melanggar
aturan Rasulullah saw. Dan, tentu aja itu artinya nggak mencintai Allah
Swt. dan RasulNya. Allah menjelaskan larangan mendekati zina (lihat QS
al-Isra ayat 32). Nah, hadis Nabi juga ada. Beliau saw. bersabda: “Barangsiapa
yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah tidak melakukan
khalwat dengan seorang wanita yang tidak disertai mahromnya. Karena
sesungguhnya yang ketiga adalah syaitan.” (HR Ahmad)
Sobat, jangan bilang cinta kepada Rasulullah saw., kalo kita nggak
tersinggung ketika ada pihak-pihak yang dengan sengaja melecehkan
Rasulullah saw. Aneh banget kan kalo kita ngakunya cinta mati sama
Rasulullah saw., tapi kita nggak marah ketika ada orang yang menjelekkan
Rasulullah saw. Banyak kok kasusnya. Dulu jamannya pelecehan yang
dilakukan sebuah media massa Denmark dengan membuat kartun Nabi Muhammad
saw., apakah kita marah? Kalo adem ayem saja, ada something wrong dalam pikir dan rasa kita, tepatnya pada keimanan kita. Ati-ati sobat!
Terus, jangan pula ngobral bilang cinta kepada ortu kita, jika kita
masih suka melawannya, mencelanya, merendahkannya, dan bahkan
menghinanya. Bohong banget kalo kita ngaku-ngaku cinta sama ortu kita,
tapi setiap ortu minta tolong untuk kebaikan kita malah menolaknya.
Percuma bilang cinta sama ortu, tapi kalo diingetin untuk kebaikan dan
kebenaran kita malah menghardiknya. Anak macam apa itu? (muhasabah diri
yuk!)
Bro en Sis, jangan pula kita dengan mudah bilang cinta kepada sesama
muslim, kalo praktiknya dalam kehidupan ternyata kita nggak mau
bekerjasama saling mengingatkan dalam kebenaran dan saling membantu jika
di antara kita mengalami kesusahan. Bohong banget ngaku-ngaku cinta
kepada sesama kaum muslimin, tapi ketika ada saudara seakidah kita minta
tolong malah dicuekkin. Apalagi sesama aktivis dakwah, mentang-mentang
beda kelompok dakwah, lalu nggak mau menolong jika beda kelompok dakwah.
Lebih parah lagi jika para aktivis dakwah itu masih sodara kandung.
Karena kakaknya beda kelompok dakwah dengan adiknya, lalu ketika mereka
membutuhkan pertolongan malah disuruh minta ke temen-temen dari kelompok
dakwah masing-masing. Yee.. mana ukhuwahmu? So, bohong banget
ngaku-ngaku cinta sesama muslim tapi dengan sesama kaum muslimin sendiri
nggak mau menolong hanya karena yang akan ditolong beda kelompok
dakwah.
Oya, rasa-rasanya kita perlu bertanya kepada diri sendiri, benar
nggak sih kita cinta sama diri kita sendiri? Jangan ngaku-ngaku cinta
sama diri sendiri, jika kenyataannya kita senang menjerumuskan diri
dalam bahaya dan kerusakan. Bohong banget bilang cinta ama diri sendiri,
tapi setiap hari kita nenggak minuman keras, sering juga mengkonsumsi
narkoba, tubuh kita dipenuhi tattoo. Bahkan banyak di antara
kita yang mengumbar auratnya dan dipajang di sampul majalah porno atau
joget-joget kayak cacing kepanasan mempertontonkan keindahan tubuhnya di
layar televisi (termasuk mereka yang menjerumuskan tubuh-tubuh mereka
dalam perzinahan).
Menurut saya, mereka adalah orang-orang yang nggak cinta pada dirinya
sendiri. Kalo dipikir-pikir, memang sih tubuh kita ya tanggung jawab
kita sepenuhnya. Mau diapakan saja terserah kita. Wong, itu tubuh kita. But,
kita kudu ingat sobat. Bahwa tubuh kita bukan milik kita. Tubuh kita
sejatinya milik Allah Swt. Jadi, tuh tubuh kudu kita pelihara dan dijaga
sesuai aturan dari yang menciptakan kita, yakni Allah Swt.
Termasuk nih, jangan bilang cinta kepada lawan jenis kalo dalam
praktiknya ternyata kita malah menodai cinta tulusnya dengan ekspresi
cinta yang dilarang agama: gaul bebas dengan lawan jenis bukan mahram
dan bahkan sampe berzina. Naudzubillahi min dzalik!
Brur an Sis, jangan pula bilang cinta sama Islam kalo praktiknya kita
malah nggak mau diatur sama ajaran Islam. Bahkan mencampakkan syariat
Islam. Naif banget bukan? Itu sebabnya, jangan sampe deh kamu begitu
rupa kelakuannya. Ya, jangan cuma bisa berani bilang cinta tapi miskin
komitmen.
Bro en Sis, coba kita merenung sejenak en pikir-pikir tentang
keberadaan kita saat ini. Malu nggak sih kalo kita dapetin predikat
muslim, sementara kita nggak mau diatur sama aturan Islam? Padahal,
dengan predikat muslim itu kita jadi punya komunitas dan memiliki ciri
khas. So, kalo menjauh dari Islam dan aturannya, bukan tak
mungkin kita bakalan sesat. Termasuk nih, kalo kita menyimpang dari
ajaran Islam karena nggak mau diatur sama Islam, ada kemungkinan juga
akhirnya celaka karena akan dapetin azab Allah di akhirat nanti. Sumpah!
Firman Allah Swt. tentang orang-orang yang sesat akibat menjauh dari kebenaran Islam: “Tidak
ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas
jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang
ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia
telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus.
Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS al-Baqarah [2]: 256)
Dalam ayat lain Allah Swt. menjelaskan: “Dan tidaklah patut bagi
laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin,
apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada
bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa
mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat
yang nyata.” (QS al-Ahzab [33]: 36)
Yuk mari, kita tunjukkan komitmen dalam mencintai berbagai hal,
khususnya mencintai Islam. Malu (dan yang jelas berdosa) banget sebagai
muslim, bila yang kita cintai adalah segala hal yang menjauhkan diri
kita dari hidayahNya. Itu sih namanya cinta tanpa komitmen. Mencintai
Islam jadinya sekadar pemanis bibir saat diucapkan, tapi miskin dalam
gerak dan komitmen. Sayang sekali bukan? Semoga kita bisa tetap
mencintai Islam dan syariatnya dengan menunjukkan komitmen yang serius
dalam upaya mewujudkan cinta kita tersebut. Setuju ya?
0 komentar:
Posting Komentar