Hmm… tobat sambal, jenis makanan apaan tuh? Kamu pasti tahu dong yang
namanya sambal. Siapa saja yang pernah mencoba sensasinya, pasti bakal
mangap-mangap karena kepedasan. Seolah-olah kapok bener nggak mau
nyobain lagi karena bikin kuping serasa mau pecah dan bibir dower karena
kepedasan. Tapi coba esok harinya, apakah dijamin kamu nggak bakal
pingin nyicipin lagi yang namanya si sambal ini? Begitu terus, kapok
waktu kepedasan dan ketika sensasi pedas hilang pingin lagi dan lagi.
Nggak beda dengan jenis tobat sambal. Hari ini kapok-kapok nggak mau
ngelakuin dosa, tapi esok hari ketika kesempatan datang, perbuatan
maksiat diembat juga. Banyak fenomena orang yang menganut tobat sambal
ini. Dulu pernah ada seorang teman yang merasa dikibulin oleh pacarnya.
Karena patah hati, dia sempat mengakui bahwa pacaran itu bener-bener
momen untuk mengibuli orang. Dia bertekad untuk nggak mau pacaran. Eh
ternyata tak lama setelah itu hanya berselang sekitar seminggu, dia
sudah runtang-runtung dengan cowok lain lagi. Dia sudah lupa dengan
tekad dan tobatnya untuk menjauhi perbuatan yang mendekati zina itu.
Itu contoh satu dari sekian banyak kasus. Kalau dipikir-pikir, apa sih yang menyebabkan munculnya tobat sambal ini?
Tobat sambal = lemah iman
Boys and gals rahimakumullah, seseorang meniatkan diri untuk tobat,
tentu karena ada percikan iman dan hidayah dalam hatinya. Masalahnya,
tidak semua orang mau memelihara iman dan hidayah yang telah susah payah
diperolehnya. Orang seperti ini biasanya menganggap cukup dengan apa
yang telah dipunyainya. Dia mudah merasa puas dan bangga karena dirinya
bisa tobat sedangkan orang lain masih bergelimang dosa. Hati-hati! Bila
tak waspada, setan bermain dengan cantiknya di ranah ini. Setan akan
menghembuskan sifat sombong dan riya’ (pamer) akan tobatnya itu tadi.
Kurangnya rasa sabar dan syukur juga merupakan indikator lemah iman.
Orang bertobat itu harus sabar. Sabar dalam menjauhi kemaksiatan dan
sabar dalam melakukan kebaikan. Bila sabar ini tak bisa dilakoni oleh
orang yang brtobat, alamat ia akan kembali ke jalan keburukan seperti
dulu. Begitu juga dengan syukur. Orang bertobat harus senantiasa
bersyukur (bukan sombong!) karena Allah masih sayang padanya dengan
memberikan percikan hidayah sehingga ia bisa menemukan jalan keimanan.
Apabila syukur ini ditinggalkan oleh orang yang bertobat, bukan tak
mungkin satu ketika nanti Allah akan mencabut nikmat tobat dari dalam
diri orang tersebut.
Bila “tobat sambal” ini menjangkiti diri, maka jangan menganggapnya
enteng. Dan tidaklah seseorang itu menganggap ringan suatu dosa kecuali
itu merupakan pintu untuk melakukan dosa yang berat. Ih… naudzubillah.
Misalkan saja seseorang yang menganggap berbohong itu dosa kecil dan
biasa. Toh banyak orang melakukannya, begitu mungkin pikirnya. Tapi dia
lupa bahwa dosa yang dianggapnya kecil ini adalah awal dari dosa besar
yang bisa jadi akan dilakukannya bila ia tidak segera berubah.
Sebagaimana di sebuah iklan layanan masyarakat tentang korupsi, di situ
digambarkan kebiasaan kecil mulai suka menyontek. Kemudian ketika besar
dan berumah tangga, ia membohongi pasangan alias selingkuh. Dan akhirnya
ketika menjadi pejabat, korupsi menjadi biasa karena kebiasaan buruk
dengan berbohong ini dipupuk sejak kecil.
Jadi tak ada obat mujarab bagi pelaku “tobat sambal” ini selain
memperkuat iman dan menjauhi lingkungan buruk yang bisa merusak kondisi
tobatnya tadi.
Jangan salah pilih teman
Orang yang baru tobat biasanya dihinggapi PD yang agak OD alias
percaya diri yang over dosis atau berlebih. Dia bangga sekali dengan
keislamannya sehingga seolah-olah ingin menunjukkan pada semua orang dan
mengajak mereka untuk menempuh apa yang telah dilaluinya. Tidak salah
sih, bagus malah. Masalahnya bila tak disertai ilmu yang memadai dan
keimanan yang kuat, bekal semangat saja tidak cukup. Salah-salah bukan
tak mungkin si new comer ini malah terkena bumerang dan tak bisa menyanggah perkataan orang-orang yang tidak suka ia menempuh jalan kebenaran.
Orang tobat ibarat orang yang baru sembuh dari sakit. Dia harus
menjauhi segala hal yang bisa mengakibatkan sakitnya kambuh lagi. Bila
tidak, maka sangat bisa dipastikan dia akan kembali ke kebiasaannya yang
lama. Setan sangat lihai mempermainkan hati manusia yang lemah iman.
Bisa saja ia berbentuk manusia tapi dalemannya setan sejati. Ia
pura-pura memahami kondisi kamu yang sedang proses tobat. Ia pun
menunjukkan bahwa dirinya juga sudah tobat dari perbuatan dosa. Kamu pun
percaya dan mulai curhat padanya.
Si setan berbentuk manusia ini nggak rela kamu berjalan di rel
aturan-Nya. Dia mencari celah dari imanmu yang lemah. Mula-mula sebatas
diajak ngobrol ringan, ditraktir sana-sini. Diyakinkan bahwa dia adalah
orang yang bisa dipercaya dan menganggap kamu sebagai seseorang yang
senasib dan sesaudara karena punya masa lalu sama-sama kelam. Kalau kamu
tak waspada, HAP! Si setan langsung menjeratmu ke dalam lingkaran
maksiat lagi.
Kamu pun jadi lupa dengan proses tobatmu yang sekian lama kamu cari
dan kemudian temukan. Kamu terbuai oleh bujuk rayu setan sehingga pelan
tapi pasti kamu pun merasa enggan untuk menapaki jalan tobat yang
berliku. Muncullah anggapan bahwa berteman dengan setan yang menyamar
sebagai manusia ini jauh lebih asyik daripada dengan teman ngaji ataupun
saudara seiman. Apalagi kalau si setan ini berhasil memenuhi (meskipun
semu) kebutuhanmu akan materi. Hobi bohong kamu yang sempat sembuh, bisa
muncul lagi bila dia berkumpul dengan orang-orang yang lemah iman
apalagi yang kafir.
Bila kamu memang serius tobat, maka berkumpullah dengan orang-orang
salih. Mereka inilah yang bisa menjadi teman sejatimu karena akan
mengingatkanmu bila kamu mulai melenceng dari rel-Nya. Jangan
sebaliknya, orang mukmin kamu benci, caci-maki dan su’udzoni tapi orang
kafir malah kamu jadikan sahabat bahkan saudara.
Ayo, tobat nasuha
Sobat muda muslim, kunci untuk mengatasi fenomena tobat sambal adalah tobat nasuha
yaitu tobat yang sebenar-benarnya tobat dan bertekad untuk tidak akan
mengulangi perbuatan dosa lagi. Percayalah, Allah Mahamengetahui apa
yang ada di dalam hati manusia. Bila tobat yang kamu lakukan nggak
serius dan asal tobat saja, maka cepat atau lambat Allah akan
menunjukkannya padamu. Dengan cara apa? Dengan banyak cara salah satunya
adalah begitu mudahnya kamu kembali kufur setelah sebelumnya beriman.
Kembali bermaksiat setelah sebelumnya tobat.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Allah
Swt. berfirman, ‘Sesungguhnya Aku adalah sesuai dengan prasangka hamba
terhadap-Ku, dan aku bersamanya saat dia mengingat-Ku.’ Demi Allah,
sesungguhnya Allah lebih bahagia dengan taubat salah seorang di antara
kalian daripada orang yang mendapati kesesatannya di padang pasir. Allah
Swt berfirman lagi, ‘Barangsiapa mendekati-Ku sejengkal bumi, maka aku
akan mendekatinya sejauh satu hasta. Barangsiapa mendekati-Ku sejauh
satu hasta, maka Aku akan mendekatinya sejauh satu depa. Jika dia
mendekati-Ku dengan berjalan, maka Aku akan mendekatinya dengan berlari
kecil.” (HR Muslim No. 2744)
Allah Swt. befirman: “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah
kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya).
Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan
memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.” (QS at-Tahrim [66]:
Taubat nasuha itu adalah bentuk tobat yang tidak akan ada kata
kembali (untuk melakukan dosa yang diperbuat) setelah melaksanakan tobat
tersebut, sebagaimana air susu tidak akan pernah kembali ke tempatnya
semula. Pendapat ini diriwayatkan dari Umar bin Khatthab, Abdullah bin
Mas’ud, Ubay bin Ka’ab, dan sahabat Mu’adz bin Jabal mengangkat pendapat
ini hingga sampai kepada Rasulullah Saw.
Ulama tafsir, al-Qurthubi, mengatakan bahwa taubat nasuha adalah di mana di dalamnya terkumpul empat hal: istighfar
dengan lisan, menjauhkan diri dari dosa dengan anggota badan, bertekad
untuk tidak kembali melakukan dosa dengan hati, dan terakhir adalah
meninggalkan perkara yang buruk.
Secara sederhana taubat nasuha itu meliputi tiga “illat”: yaitu qillat (merasa kecil), Illat (merasa ada penyakit), dan dzillat
(merasa hina). Kemudian, ciri-ciri perilaku orang yang bertaubat, yaitu
3S: sedikit bicara, sedikit tidur, dan sedikit makan. Sedangkan
karakteristik orang yang bertaubat adalah 3M, yaitu memerangi hawa
nafsu, memperbanyak air mata, dan mematikan rasa lapar dan dahaga. (www.syakirsula.com)
Tobatlah lagi dan lagi
Bro en Sis pembaca setia gaulislam, Allah Ta’ala tak akan pernah
bosan menerima tobat hamba-Nya. Tapi jangan dijadikan ini sebagai alasan
bagi kamu untuk melakukan dosa yang sama lagi dan lagi. Bila ini
terjadi, sama saja kamu dengan menghina Allah seolah-olah menganggap Dia
tak tahu apa yang ada di dalam hatimu. Misalnya nih, kamu punya teman
yang berbohong padamu. Karena ketahuan ia minta maaf. Tapi menit
berikutnya ia berbohong lagi. Ketahuan lagi minta maaf lagi. Begitu
terus sampai berkali-kali. Apakah bisa menganggap permintaan maaf orang
seperti ini tulus? Tentu tidak, karena ia selalu mengulang kesalahan
yang sama berkali-kali.
Jangan coba permainkan Allah Swt. dengan tobat palsu! Allah memang
berbeda. Berapa kali pun manusia berbuat salah dan dosa, Allah pasti
mengampuni selama manusia tersebut meminta ampun pada-Nya. Masalahnya
apakah kamu yakin masih bisa bertobat dan meminta ampun pada Allah di
tengah-tengah perbuatan maksiat yang dengan sengaja dilakukan?
Ingat, kita tak tahu kapan ajal tiba. Bertobatlah selagi nyawa masih
ada. Jangan karena menganggap diri masih muda, kemudian dengan enaknya
bermaksiat karena menganggap tobat bisa dilakukan nanti-nanti saja.
Jangan sampai di dunia kita sengsara, di akhirat masuk neraka hanya
karena telat bertobat, hiii… naudzubillah min dzalik.
Hidup ini singkat, sobat. Bertobatlah dan selalu sempatkan untuk
bertobat. Jauhi lingkungan buruk, dekati orang-orang shalih, niatkan
tetap beriman. Yakinlah, keberkahan dan ketenangan hidup pasti kamu
dapatkan ketika kualitas tobatmu 100%. Insya Allah pasti!
0 komentar:
Posting Komentar